Kamis, 03 Juni 2010

ULUMUL QUR'QN

M A K A L A H

TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 121 - 123


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Al-Qur'an


Dosen : M. Aip Maftuh, S.Ag, M.Pd





Disusun Oleh:
UUS DAUD YUSUF






STAI PUTERA GALUH CIAMIS
Jalan Raya Banjar No. 141 Cijantung - Ciamis
2010 
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 121-123", shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Adapun penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Al-Qur'an yang dibebankan kepada penulis selaku mahasiswa program S1 PGSD /MI STAI PUTERA GALUH CIAMIS.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik serta saran yang membangun senantiasa penyusun harapkan guna perbaikan dimasa mendatang.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Bapak M. Aip Maftuh, S.Ag., M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Al-Qur'an.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bemanfaat bagi penulis khususnya dan yang membaca makalah ini.
Ciamis, April 2010
Penulis  
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. TAFSIR 3
B. TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 121-123 5
BAB III SIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an adalah undang-undang syari'at dan sumber hukum yang didalamnya termuat ketentuan halal dan haram, serta amar ma'ruf nahi munkar yang harus ditaati dan diamalkan oleh setiap Muslim. Dengan bepegang teguh pada prinsip-prinsip Al-Qur'an maka akan memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang menimpa umat Islam pada masa itu. Setiap ayat yang turun kepada Rasulullah saw. selalu membicarakan masalah yang terjadi waktu itu. Rasulullah menjelaskan menjelaskan makna yang tekandung didalamnya, menjelaskan pengertian yang terkandung didalamnya, dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi sesuai dengan isi ayat yang diturunkan. Rasulullah sebagai penafsir Al-Qur'an dengan sunah-sunah beliau baik qauly maupun fi'liy.
Pada masa sekarang, dalam menyingkapkan berbagai persoalan agama dan menyingkapkan berbagai kepelikan yang sulit difahami, harus disandarkan pada Al-Qur'an dan Hadis. Tetapi untuk memahaminya tentu saja dibutuhkan penafsiran yang tepat agar makna yang terkandung di dalamnya tidak melenceng. Untuk itu kita bisa merujuk pada kitab-kitab tafsir yang sudah diakui kebenarannya.
Kitab tafsir lahir dengan berbagai versi dan metode. Diantaranya ada yang mengulas secara padat dan ada pula yang memberikan bahasan secara panjang lebar. Namun di dalam Al-Qur'an terdapat berbagai rahasia yang tidak mampu diungkapkan sekalipun oleh ahli tafsir, sehingga masalah tersebut menjadi bahan pembahasan yang selalu aktual di segala zaman.
…       
"…dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Al-Isra, 17: 85)
Banyak orang yang suka membaca Al-Qur'an, tetapi hanya sebatas membacanya saja. Masih banyak yang belum mengaji lebih dalam dan mengetahui makna yang terkadung dari sebuah ayat. Padahal apabila kita mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, maka niscaya kita tidak akan terjerumus ke dalam hal yang batil.
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk makalah dengan mengambil judul: "TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 121-123".

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Al-Qur'an.

C. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, maka penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, Dosen Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan yang membaca makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A. TAFSIR
1. Pengertian Tafsir
Tafsir menurut bahasa adalah menjelaskan dan menerangkan. Tafsir diambil dari kata "Al-Fasr" yang dalam kamus dikatakan maknanya adalah menjelaskan dan membuka sesuatu yang tertutup. Oleh karena itu dalam Bahasa Arab, kata tafsir berarti membuka secara maknawi dengan memperjelas arti-arti yang tertangkap dari redaksional yang tersurat/eksplisit.
Definisi untuk tafsir Al-Qur'an adalah ilmu yang membahas tentang redaksi-redaksi Al-Qur'an dengan memperhatikan pengertian-pengertiannya untuk mencapai pengetahuan tentang apa yang dikehendaki oleh Allah SWT sesuai dengan kadar kemampuan manusia.
2. Tafsir Masa Para Sahabat
Sepeninggal Rasulullah saw., umat Islam mulai mempelajari Al-Qur'an, di samping menyelidiki makna-makna yang terkandung dengan memperhatikan riwayat-riwayat para sahabat yang terus menerus mendampingi Rasulullah saw.
Para sahabat yang termasyhur di bidang tafsir Al-Qur'an ada 10 orang, yaitu:
a. Abu Bakar
b. Umar
c. Usman
d. Ali
e. Abdullah ibnu Mas'ud
f. Ibnu Abbas
g. Ubay bin Ka'ab
h. Zaid bin Tsabit
i. Abu Musa Al-Asy'ari
j. Abdullah ibnu Zubair
Khalifah yang paling banyak meriwayatkan tafsir adalah Ali bin Abi Thalib, sedangkan tiga khalifah lainnya boleh dibilang jarang meriwayatkan. Ibnu Mas'ud lebih banyak meriwayatkan tafsir dibanding Ali bin Abi Thalib.
Abdullah ibnu Abbas adalah seorang sahabat yang dikenal sebagai penafsir Al-Qur'an, "lautan ilmu" dan guru pada mufassir.
3. Tafsir Masa Para Tabi'in
Tabiin yang ahli di bidang tafsir ialah:
a. Ulama Makkah yang terdiri dari para sahabat Abdullah ibnu Abbas:
1). Mujahid ibnu Jabar
2). Sa'id ibnu Jubair
3). Ikrimah
4). Tawus ibnu Kisan Al-Yamani
5). Ata ibnu Abi Rabah Al-Makky
b. Ulama Kufah, terdiri dari pada sahabat Abdullah ibnu Mas'ud:
1). Al qamah ibnu Qais
2). Al-Aswad ibnu Yazid
3). Ibrahim An-Nkha'i
4). Asy-Sya'by
c. Ulama Madinah yang terdiri dari para sahabat Zaid ibnu Aslam Adawy Al-Madany:
1). Abdurrahman ibnu Zaid
2). Malik ibnu Anas
3). Al-Hasan Al-Basri
4). Ata ibnu Abi Muslim A-Khurasani
5). Muhammad ibnu Ka'ab Al-Qurazy
6). Abul Aliyah Rafi ibnu Mihran Ar-Rayahi
7). Ad-Dahlak ibnu Muzahim
8). Atiyah ibnu Sa'id Al-Aufy
9). Qatadah ibnu Da'amah As-Sadusi
10). Ar-Rabi ibnu Anas
11). Ismail ibnu Abdurrahman As-Suddy Al-Kabir

B. Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 121 – 123
    •                         •                  

121. Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.
122. Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan aku telah melabihkan kamu atas segala umat.
123. Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan eseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.
1. Pengertian Secara Umum
Ketiga ayat ini merupakan kelanjutan ayat-ayat sebelumnya. Sebelum itu Allah menjelaskan rasa putus asa Nabi dan umat Islam ketika mengharapkan imannya ahli kitab. Di sini dijelaskan ada sebagian mereka yang diharapkan bisa beriman. Mereka adalah orang-orang yang mau mempelajari kitabnya, dan bisa membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Mereka juga memahami rahasia-rahasia ajaran agama mereka, sehingga mengetahui bahwa Muhammad dan kitabnya adalah benar sesuai dengan kemaslahatan umat manusia. Agama yang Muhammad bawa adalah pembersih jiwa, mensucikan rohani dan mengatur kehidupan umat manusia. Dengan ajaran tersebut, mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akherat.
Setelah Allah mengemukakan hujjah kepada ahli kitab, Allah memerintahkan kepada mereka agar meninggalkan rasa fanatisme yang menghalang-halangi keimanan. Sebab, tidak layak bagi suatu bangsa yang dianugerahi keutamaan lebih dari bangsa lain, hendaknya pengertian terhadap kitab tidak seperti khimar dibebani kitab (karena sangat bodohnya sehingga tidak mengerti beban yang ditanggungnya).
2. Penjelasan

    •     
Diantara ahli kitab ada yang mempelajari Kitab Taurat dengan penuh pengertian, hingga mampu memahami secara detail. Mereka juga menjaga kefasihan kata-katanya dan memikirkan makna yang terkandung, di samping memahami hukum dan rahasia-rahasia. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui bahwa yang dibawa Muhammad adalah kebenaran. Karenanya, golongan ini mau beriman kepada Rasulullah saw. dan memakai petunjuk yang lurus ini. Diantara mereka adalah, Abdullah ibnu Salam dan kaum Yahudi lain yang mengikuti jejaknya.
      
Artinya, siapapun yang kufur kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad setelah masalah tersebut jelas sebagai kebenaran, mereka adalah para pemimpin yang keras kepala dan orang-orang yang bodoh terhadap perkataan orang-orang kelompok pertama. Mereka adalah orang-orang yang rugi karena kehilangan kebahagiaan di dunia, kemuliaan, kejayaan yang Allah anugerahkan kepada siapa saja yang membela agama-Nya. Sebagaimana Allah berfirman:

    
"… Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya…". (Al-Hajj, 22: 40)
Mereka juga rugi di akhirat dan tidak menikmati surga, tetapi mereka itu adalah berhak mendapat siksa Allah sediakan untuk mereka.
Perbuatan yang menyebabkan mereka kufur, terkadang merubah isi kitab yang membawa berita gembira kedatangan Nabi, sehingga kitab mereka tidak sesuai dengan kenyataan. Semua itu karena mereka hanya bermaksud memuaskan hawa nafsu belaka. Mereka pun menganggap cukup berpegangan pada ulama-ulama yang telah melakukan panambahan pada kitab Taurat itu sendiri. Prinsip yang mereka pegang telah dijual dengan harga murah untuk mengejar kenikmatan dunia yang fana ini.
Ayat diatas mengandung pula isyarat yang menunjukan bahwa orang yang membawa Al-Qur'an tanpa berpikir makna yang dikandung, sama dengan tidak beriman. Sebenarnya, mereka pun mengetahui bahwa di dalam Al-Qur'an itu terkandung hidayah Allah. Dan sudah barang tentu pengertian tersebut tidak meresap di dalam hati tanpa merenungkan kandungan maknanya.
Masalah ini merupakan pelajaran bagi kita, sebagaiman difirmankan Allah:
       
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal..." (Yusuf, 12: 111)
Sepantasnya, hal tersebut menjadi pendorong bagi kita untuk lebih mendalami Al-Qur'an ketika kita membaca. Dengan demikian, bacaan itu tidak hanya berhenti di mulut, seperti perintah Al-Qur'an:

      
"Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?" (Muhammad, 47: 24)
Dan Allah berfirman dalam ayat lainnya:

    
"… supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran". (Saad, 38: 29)
Tetapi sangat disayangkan semua ayat dan pelajaran tentang masalah ini, sedikit pun tidak melekat di dalam hati. Mereka hanya taqlid kepada orang-orang yang dikecam Al-Qur'an. Sehingga hujjah Al-Qur'an memukul sikap mereka.
Barang siapa yang membaca kemudian berpaling dari kandungan Al-Qur'an, berarti menghina Tuhan. Perumpamaannya sama dengan orang yang mengirim surat kepada seorang teman untuk tujuan tertentu. Kemudian surat tersebut di baca oleh teman tersebut berkali-kali dan melagukannya isinya yang ditulis dengan gaya bahasa indah dan merayu. Tetapi sedikit pun tidak berkehendak membalas surat yang dikirimkan itu. Kemudian, apakah si pengirim tidak merasa dihina?.
Karenanya, wajib bagi setiap mu'min di setiap masa dan di mana pun mereka berada hendaknya memperhatikan kandungan Al-Qur'an, memahami kemudian mengamalkan seluruh isinya. Jika ternyata ada seorang yang buta huruf, hendaknya ia minta tolong kepada orang lain untuk membacakannya dan memberi pengertian kepadanya tentang makna yang dikandung.

          
Ayat ini memerintahkan kepada kaum Yahudi yang hidup semasa Rasulullah saw. juga mengingatkan anugerah Allah yang pernah diberikan kepada nenek moyang mereka, yakni diselamatkannya dari cengkraman ganasnya musuh, di samping pemberian makanan dari langit, Manna dan Salwa. Allah juga menganugerahkan kepada mereka tanah yang dijanjikan, Baitul-Makdis dan dapat menguasai tanah tersebut dari penduduk aslinya. Padahal pada masa sebelumnya mereka adalah pihak yang kalah.
Secara silih berganti, Allah mengutus Rasul dari kalangan mereka. Allah juga mengutamakan mereka, lebih dibanding bangsa-bangsa lain ketika mereka taat kepada Rasul dan membenarkan yang Rasul bawa itu dari Allah. Semuanya itu dicurahkan kepada mereka agar tidak lepas kendali dan terus menerus terjerumus ke jurang kesesatan dan lacur. Dengan demikian mereka bisa kembali melakukan kebajikan dan kembali kepada hidayah.
Nikmat paling agung yang dianugrahkan kepada mereka ialah Kitab Taurat yang turun khusus kepada mereka. Karunia ini harus disyukuri dengan cara mengimani isinya. Secara garis besar, ialah iman kepada berita gembira yang termaktub di dalamnya, yakni berita akan datangnya Nabi Muhammad saw.

•       

Artinya, takutlah kalian wahai Bani Israil yang berani merubah isi kitab-Ku, yang menyelewengkan makna kitab-Ku dan mengingkari Rasul-Ku, Muhammad, terhadap sikap-Ku ketika setiap orang tak bisa mengelakan ketentuan untuk dirinya. Di hari pembalasan tersebut seseorang tidak bisa menolong orang lain sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis Nabi yang tersebut di dalam sahihasin:
"Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah harta benda yang ada padaku (Nabi) sesukamu, saya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap dirimu di hadapan Allah"


      

Al-'Adl (tebusan) artinya seseorang takan bisa menebus dirinya supaya selamat dari api neraka. Ia juga takan bisa menjumpai sesuatu untuk menebus dirinya ketika itu. Seorang pun tak bisa memberi syafa'at (pertolongan) terhadap ketentuan yang sudah pasti untuk dirinya. Kaum Bani Israil percaya bahwa tebusan ini berlaku juga di akhirat sebagai penebus dosa yang mereka lakukan. Mereka juga yakin terhadap safa'at para Nabi terhadap dirinya. Karenanya, Allah menegaskan bahwa anggapan mereka itu sama sekali tidak akan berlaku.
  

Artinya, tidak ada seorang pun yang bisa memberikan grasi kepada mereka agar bisa selamat dari siksaan Allah jika memang sudah dipastikan.
Ayat ini sekaligus merupakan ancaman untuk orang-orang yang pernah diperingatkan Allah pada ayat-ayat yang telah lalu.

BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang tafsir surat Al-Baqarah ayat 121–123, penulis menyimpulkan:
1. Tafsir Al-Qur'an adalah ilmu yang membahas tentang redaksi-redaksi Al-Qur'an dengan memperhatikan pengertian-pengertiannya untuk mencapai pengetahuan tentang apa yang dikehendaki oleh Allah SWT sesuai dengan kadar kemampuan manusia.
2. Orang yang membawa Al-Qur'an tanpa berpikir makna yang dikandung, sama dengan tidak beriman
3. Pengingkaran Bani Israil tentang isi kitab Taurat.
4. Seorang pun tak bisa memberi syafa'at (pertolongan) terhadap ketentuan yang sudah pasti untuk dirinya
5. Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan grasi kepada mereka agar bisa selamat dari siksaan Allah jika memang sudah dipastikan

DAFTAR PUSTAKA


Al-Maraghi, Musthafa, Ahmad (1992). Terjemah Tafsir Al-Maragi. Semarang : CV. Toha Putra.

www.ppiindia.shyper.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar